Rabu, 25 Mei 2011


INDUKSI PADA SAAT PERSALINAN

Setiap wanita hamil tentu sangat menantikan saat kelahiran buah hatinya. Tetapi, apa jadinya bila setelah lewat 9 bulan masa kehamilan, tanda akan segera melahirkan belum juga terlihat? Tentu saja, kehamilan harus dihentikan. Salah satu cara yang dapat ditempuh, adalah melalui proses induksi.
Dengan kata lain, induksi dilakukan untuk mengakhiri kehamilan, dan memulai persalinan. Induksi pun dilakukan sebagai upaya mempermudah mengeluarkan bayi dari rahim secara normal. ’’Biasanya, ketika hamil dan akan memasuki proses persalinan, ibu hamil akan mengalami kontraksi secara spontan. Namun, jika kontraksi tidak juga timbul, maka akan dilakukan induksi,’’kata dr Ekarini Aryasatiani, SpOG, spesisialis obstetri dan ginekolog, RS St Carolus, Jakarta.
World Health Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2009 terdapat 500 ribu ibu hamil, didapat sebanyak 200 ribu ibu hamil yang dilakukan induksi pada saat persalinan di seluruh dunia,  sedangkan 300 ribu lain melakukan persalinan dengan sectio caesar  (WHO, 2009). Saat ini sudah terbukti bahwa tindakan induksi persalinan semakin sering dilakukan. American College of Obstetricians and Gynecologists (1999) berdasarkan resiko persalinan yang berlangsung secara cepat, tidak mendukung tindakan ini kecuali untuk indikasi-indikasi tertentu (rumah parturien yang jauh dari rumah sakit atau alasan psikososial).
Luthy dkk (2002): Tindakan induksi persalinan berhubungan dengan kenaikan angka kejadian tindakan sectio caesar. Hoffman dan Sciscione (2003): Induksi persalinan elektif menyebabkan peningkatan kejadian sectio caesar 2 – 3 kali lipat. Menurut data dari World Health Organization, bahwa di Negara berkembang banyak terjadi. Induksi persalinan elektif pada kehamilan aterm sebaiknya tidak dilakukan secara rutin mengingat bahwa tindakan sectio caesar dapat meningkatkan resiko yang berat sekalipun jarang dari pemburukan out come maternal termasuk kematian. Induksi persalinan eletif yang dirasa perlu dilakukan saat aterm ( ≥ 38 minggu) perlu pembahasan secara mendalam antara dokter dengan pasien dan keluarganya.
Hasil survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah kasus pada ibu hamil yang dilakukan induksi pada saat persalinan sebanyak 250 ibu hamil, yang didapat dari hasil penelitian yang dilakukan di sejumlah rumah sakit umum di Indonesia. (Depkes RI, 2009)
Induksi sendiri, lanjutnya, dapat diartikan sebagai upaya untuk memunculkan His. ’’His merupakan jenis kontraksi yang sifatnya teratur. Frekuensinya pun makin lama makin sering, dan rasanya makin kuat,’’ucapnya. Berbeda dengan His, kontraksi bersifat hilang-timbul tidak beraturan.Induksi pesalinan yaitu suatu tindakan yang dilakukan terhadap ibu hamil yang belum inpartu untuk merangsang terjadinya persalinan. Induksi persalinan terjadi antara 10% sampai 20% dari seluruh persalinan dengan berbagai indikasi baik dari ibu maupun dari janinnya (Wing DA, 1999).
Indikasi terminasi kehamilan dengan induksi adalah KPD, kehamilan post term, polyhidramnion, perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta), riwayat persalinan cepat, kanker, PEB, IUFD (Orge Rost, 1995).
Hasil survey yang dilakukan oleh Depkes Sumatera Utara ditemukan sebanyak 250 ibu hamil per bulan dilakukan induksi saat persalinan akan dilakukan. (Depkes SUMUT, 2009)
Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan, yaitu dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada dengan menimbulkan mulas/his. Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal.

1 komentar:

  1. Saya sangat tidak rekomendasi RS Carolus atau Dr Ekarini. Biayanya mahal, tempatnya jelek, dan yang kerja disana galak, kurang professional dan tak peduli pasien. Saya melahirkan di 2014, tapi saya sampai sekarang masih trauma dan tak mau punya anak lagi.

    Waktu hamil pre-natal sama Dr Ekarini. Cukup baik, tapi harus tunggu lama2. Tunggu 7 atau 8 jam untuk ketemu doktor 5 minut aja.

    Tapi waktu melahirkan, disaster total. Saya di induksi. Pernah tunggu doktor 7 jam tadi dan waktu induksi sudah malam. Ruangnya gelap dan seram. Doktor sudah pulang dan tidak ada yang bantu saya. Saya 14 jam sakit minta ampun dan muntah2 terus. Bidan tidak peduli apa2. Mereka tertawa aja. Sampai pagi bidan siksa aku, bicara yang galak dan ada bidan pukul saya.

    Doktor Ekarini pernah janji saya di kasih anti-sakit waktu melahirkan, tapi tidak jadi di kasih.

    Siang saya di suruh caesar, tapi sesudah saya tanda tangan untuk casar masih tunggu lama2 dan masih sakit bangat. Bidan cuek aja dan saya di tinggalin di korridor.

    Sesudah caesar saya sakit lagi. Saya minta perawat kasih obat anti-sakit, tapi tidak ada yang bantu.

    Apa lagi, bayiku harus di rawat di Goretty karna sakit. Dia kurang oxygen karna telat caesar. Biayanya mahal dan perawat disana galak sama ibu dan bayi.





    BalasHapus