Selasa, 24 Mei 2011


Cacar Air (Varisela)
Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chicken – pox.
Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit. Dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah yang kemudian mengandung cairan. Cacar air merupakan infeksi sangat menular yang disebabkan oleh virus varisela zoster.
Varisela merupakan penyakit yang terutama menyerang anak-anak dan jarang dijumpai pada kehamilan dan nifas. Meskipun pada umumnya penyakit ini merupakan penyakit yang ringan, namun pada wanita hamil bisa bermanifestasi lebih berat dan menyebabkan partus prematurus dan kelainan kongenital. Penyebab dari penyakit ini adalah virus varicella zoster (VZV) yang dapat juga menyebabkan herpes zoster.
Menurut data WHO, Di Amerika Serikat, balita yang terserang penyakit varicella (cacar air) per tahun sekitar 200 ribu orang.. Setiap tahun diperkirakan sekitar 25%-45% ibu membawa anaknya ke rumah sakit untuk berobat karena penyakit vericella dan sekitar 15% balita mengalami penyakit varicella yang serius. Prevalensi penyakit varicella pada balita cukup tinggi yaitu sekitar 58 % pada tahun 2010.(World Health Organization, 2010)
Diagnosis Varisela maupun Herpes Zoster mudah ditegakkan, karena mempunyai lesi yang khas, namun dalam beberapa hal patut mendapat perhatian khusus, seperti pada individu dengan imunokompromis, penderita yang mendapat terapi kortikostroid. Pada wanita hamil yang rentan terhadap banyak infeksi dan penyakit menular , infeksi varisela cendrung lebih parah, Paryani dan Arvin (1986) pernah melaporkan bahwa 4 dari 43 orang atau sekitar 10% dari wanita yang hamil yang terinfeksi varisela menderita pneumonitis. Varisela dalam kehamilan dibagi dalam bagian yaitu, teratogenik, congenital, dan post natal. Disamping itu terdapat juga infeksi pada perinatal dan orang-orang dengan sistem imun yang rendah. Manifestasi klinis dari janin tergantung kepada waktu terinfeksinya ibu selama kehamilan atau setelah persalinan yang berhubungan dengan imunitas yang diberikan melalui plasenta ke janin.8
Beberapa tes diagnostik dalam menegakkan infeksi diagnosis infeksi varisela, dapat dilakukan , yang berbeda sensitifitas dan spesifisitasnya. Pada infeksi teratogenik varisela- zoster, tes fluorescent antibody to membrane antigen (FAMA) yang mengukur antibodi untuk VZV, dimana menetapnya antibody lebih dari 6-8 bulan mendukung adanya infeksi intra uterin. Sedangkan pada Kongenital varisela – zoster dapat diukur dengan Tzank smear, atau kultur jaringan, tes serum antibody VZV.
Menurut data Depkes RI, Balita yang terserang penyakit varicella (cacar air) sekitar 750 ribu orang.. Setiap tahun diperkirakan sekitar 35%-40% ibu melaporkan anaknya untuk mendapatkan vaksin ke rumah sakit karena penyakit vericella dan sekitar 20% balita mengalami penyakit varicella yang serius. Prevalensi penyakit varicella pada balita cukup tinggi yaitu sekitar 69 % pada tahun 2010.(Depkes RI, 2010)
Penatalaksanaan yang dilakukan pada varisela dalam kehamilan , tidak terlepas dari waktu ekspose, keadaan sistem imun, komplikasi yang terjadi. Jika wanita hamil kontak dengan varisela, tingkat ekpose dan status imunnya harus dinilai pertama sekali. Riwayat yang jelas dari infeksi varisela pada masa lampau selalu merupakan indikator yang dapat dipercaya bahwa sudah adanya imunitas. Sangat disarankan bahwa wanita hamil dengan infeksi varisela harus dimonitor dan di anjurkan untuk dirawat di rumah sakit, karena pneumonia dan episode yang berat dari varisela pada orang dewasa, sebaiknya diterapi dengan acyclovir intra vena selama lebih kurang 7 hari, disamping terapi lainnya.
Pencegahan terhadap infeksi VZV dapat diberikan antara lain dengan imunisasi pasif, aktif atau pemberian kemoterapi antiviral,. Pencegahan terutama ditujukan pada individu dengan resiko tinggi. Terhadap ibu hamil imunisasi yag dipakai adalah varisela zoster immune globulin, sehingga dapat melindungi ibu hamil dari infeksi varisela-zoster, begitu juga terhadap bayi baru lahir.menurut penelitian yang dilakukan Abdullah di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, balita yang mengalami penyakit vericella (cacar air) sekitar 500 orang setiap tahun pada tahun 2009, keadaan ini akan meningkat pada tahun 2011 apabila ibu-ibu hamil tidak mendapatkan vaksin saat hamil, pada tahun 2010 didapatkan 590 balita yang terserang penyakit vericella (cacar air)    
Cacar air dijangkiti melalui batuk dan bersin serta sentuhan langsung dengan cairan dalamlepuh cacar air. Penyakit ini biasanya tidak parah dan hanya singkat di kalangan anak sehat; adakalanya cacar air akan menjadi penyakit yang lebih parah, misalnya infeksi bakteri pada kulit yang mengakibatkan bekas luka, radang paru-paru, atau radang otak. Orang dewasa yang menderita infeksi cacar air pada umumnya mengalami gejala yang lebih parah. Cacar air mungkin menimbulkan risiko terhadap bayi dalam kandungan jika terjangkit sewaktu hamil. Cacar air dapat menyebabkan penyakit parah, bahkan maut, pada tiap golongan usia. Waktu inkubasi untuk cacar air adalah 10 sampai 21 hari, diikuti dengan ruam berbintik merah pada mulanya, yang kemudian menjadi lepuh dalam waktu beberapa jam. Bintik-bintik ini biasanya timbul di badan, muka dan bagian tubuh yang lain. Banyak orang yang menderita infeksi cacar air mengalami demam dan merasa kurang sehat dan mungkin merasa gatal sekali. Siapapun yang belum pernah menderita cacar air dapat terjangkit. Siapapun yang pernah menderita cacar air dianggap kebal dan tidak memerlukan vaksin. Sekitar 75% dari masyarakat menderita infeksi cacar air sebelum usia 12 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar