Kamis, 21 Juli 2011

pajak penghasillan

Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa diberlakukan progresifproporsional, atau regresif.
Penghasilan adalah pendapatan keluarga meliputi penghasilan utama ditambah dengan pemasukan tambahan lainnya.
Kategori penghasilan berdasarkan UMP ( Upah Minimum Propinsi )
1.     < 630.000
2.     Rp. 630.000-Rp. 1.300.000
3.     > 1.300.000
(Marsan, 2009)

Selasa, 19 Juli 2011

RUMAH SAKIT MUTIARA LUBUK PAKAM


Diposkan oleh : Nawan, Amkeb
Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan adalah salah satu rumah sakitswasta yang dipercayakan menerima pasien Jamsostek, Askeskin dan pasien umum. Di rumah sakit ini diataranya angka kejadian sepsis neonatorum yaitu 30 bayi dengan kesakitan pada waktu baru lahir tahun 2004, 10 % diantaranya sepsis neonatorum tahun 2008 dari 50 bayi dengan kesakitan pada waktu baru lahir. Angka ini jauh lebih rendah dibanding dengan angka standar yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan yaitu sebanyak 15 % bagi rumah sakit swasta (Data Rekam Medik RS Sari Mutiara, 2004 dan 2008). Mengingat pentingnya kesehatan ibu dan bayi pada tanggal 12 Oktober 2000, pemerintah telah mencanangkan Making Pregnancy Safer (MPS), Gerakan Nasional Kehamilan yang aman melindungi hak reproduksi danhak azazi manusia dengan cara mengurangi beban kesalahan, kecacatan, kematian, yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Oleh karena itu Departemen Kesehatan melalui dinas kesehatan propinsi menganjurkan kepada setiap penolong persalinan baik di klinik, puskesmas maupun rumah sakit harus mendapatkan pelatihan dan mempunyai sertifikat Asuhan Persalinan Normal (APN) supaya ibu mendapat asuhan yang tepat sejak kala satu, dua, tiga dan empat selama persalinan sehingga persalinan dapat berlangsung normal. Berdasarkan gambaran di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang hubungan karakteristik dan asuhan yang diterima ibudengan kejadian persalinan patologis.

Selasa, 14 Juni 2011

Primigravida


Diposkan oleh :  cintya, Amkeb
Primigravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya ( Kamus Kedokteran Dorlan), Masa kehamilan ini dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (Sarwono Prawirohardjo, 2002 :89). Menurut Nell (1999) Ibu primigravida adalah seorang wanita yang pertama kali hamil. Selanjutnya menurut Sastrowinoto (1983) bahwa kehamilan terjadi kalau ada pertemuan dan pertemuan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Menurut data World Health Organization (WHO), kejadian ibu primigravida yang meninggal sebanyak 365 dari 1.563 ibu primigravida. (WHO,2008). Arti hamil atau kehamilan adalah suatu keadaan dalam seseorang wanita mengandung sel telur dibuahi oleh sperma, sebagian tubuh ibu hamil tersebut mengadakan keseimbangan untuk menyesuaikan diri dengan adanya individu tersebut (sarwono Prawirohardjo, 2005)
Di Indonesia, prevalensi kematian ibu primigravida sebanyak 230 orang dari 750 orang ibu primigravida. (Siswanto, 2008). Kehamilan pertama merupakan pengalaman baru yang dapat menjadi faktor yang menimbulkan stres bagi suami istri. Beberapa stressor ada yang dapat diduga dam ada yang tidak dapat diduga atau tidak terantisipasi misalnya komplikasi persalinan. Persulitan menurut adaptasi fisika, psikologis dan sosial dari kedua pasangan (Endjun, 2002)
Penyebab langsung berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. Di Sumatera Utara, kematian ibu primigravida pada tahun 2008 sebanyak 134 orang dari 780 ibu primigravida. (Ayu, 2008).  Dari hasil survei (SKRT, 2001) diketahui bahwa komplikasi penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (eklampsia), infeksi, partus lama, dan komplikasi keguguran. Angka kematian bayi baru lahir terutama disebabkan oleh antara lain infeksi dan berat bayi lahir rendah. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan kondisi kehamilan, pertolongan persalinan yang aman, dan perawatan bayi baru lahir.  Pencegahan Kegiatan imunisasi pada bayi harus dipertahankan atau ditingkatkan cakupannya sehingga mencapai Universal Child Immunization (UCI) sampai di tingkat desa.

Selasa, 07 Juni 2011

Penyakit Pada Balita

Diposkan oleh : Sukma sari, Am Keb
Pertusis adalah infeksi saluran pernapasan akut berupa batuk yang sangat berat atau batuk intensif. Nama lain tussis quinta, wooping cough, batuk rejan
Penyebab pertusis adalah Bordetella pertusis atau Hemopilus pertusis. Bordetella pertusis adalah suatu kuman yang kecil ukuran 0,5-1 um dengan diameter 0,2-0,3 um , ovoid  kokobasil, tidak bergerak, gram negative , tidak berspora, berkapsul dapat dimatikan pada pemanasan 50ºC tetapi bertahan pada suhu tendah 0- 10ºC dan bisa didapatkan dengan melakukan swab pada daerah nasofaring penderita pertusis yang kemudian ditanam pada media agar Bordet-Gengou.Tersebar diseluruh dunia . ditempat tempat yang padat penduduknya dan dapat berupa endemic pada anak. Merupakan penyakit paling menular dengan attack rate 80-100 % pada penduduk yang rentan. Bersifat endemic dengan siklus 3-4 tahun antara juli sampai oktober sesudah akumulasi kelompok rentan,  Menyerang semua golongan umur yang terbanyak balita sebanyak 55% dari 150 balita atau sebanyak 83 balita yang menderita penyakit pertusis. ( Amerika tahun 2007).
Bordetella pertusis merupakan bakteri penyebab penyakit batuk rejan (Whooping caugh). B. Pertusis adalah bakteri coccobacilus  gram negatif aerob yang berukuran sangat kecil dan hidup secara tunggal atau berpasangan. Metabolismenya adalah respirasi, tidak pernah fermentasi, dan secara taksonomi B. Pertusis ditempatkan pada ``Gram-negative Aerobic Rods and Cocci`` dalam taksonomi Bergey. Bakteri ini dapat dibiakkan dalam media kaya yang disuplemen dengan darah. Bakteri ini dapat ditumbuhkan pada medium yang terdiri dari buffer, garam dan sumber energi asam amino dan faktor penumbuh seperti nikotinamid.
Menurut data dari World Helath Organization, di Negara-negara berkembang banyak nya kasus pertusis terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, yang dilakukan penelitian pada tahun 2010 dinegara berkembang seperti amerika, china, jepang, dan korea. Angka kematian yang diakibatkan penyakit pertusis pada balita sebanyak 56 balita.(WHO, 2010)
 Bakteri B. Pertusis berkoloni pada silia dari sel-sel epitel  pernapasan manusia. Secara umum B. Pertusis tidak menginvasi jaringan, namun ada juga yang terdapat dalam makrofag alveolar. Bakteri ini bersifat patogen pada manusia dan beberapa macam primata tingkat tinggi lainnya. B. Pertusis dapat menghasilkan bermacam substansi dengan aktivitas racun yang dapat digolongkan ke dalam golongan eksotoksik dan endotoksik. Sekretnya memiliki adenilat siklase yang memasuki sel mamalia. Racun ini aktif secara lokal dan mengurangi aktivitas fagosit dan kemungkinan mambantu organisme untuk melakukan permulaan infeksi. Adenilat siklase diketahui sebagai hemolosin karena ia dapat melisiskan sel darah merah. Faktanya, ia bertanggung jawab terhadap keberadaan zona hemolisis sekitar koloni B. Pertusis yang ditumbuhkan dalam medium agar darah.
Selain itu racun yang dihasilkan oleh B. Pertusis adalah letal toksin atau biasa dikenal dengan sebutan dermonecrotic toxin yang menyebabkan inflamasi dan nekrosis lokal pada sisi B. Pertusis berada. Racun lain yang dihasilkan adalah tracheal cytotoxin yang beracun bagi epitel bersilia trakhea dan menghentikan detakan silia sel. Tracheal cytotoxin adalah fragmen peptidoglikan, yang tampak pada cairan ekstra sel dimana bakteri tumbuh secara aktif. Substansi ini membunuh sel bersilia dan menyebabkan ekstruksi mukosa. Bahan ini dapat merangsang pelepasan cytokinIL-1, dan juga menyebabkan demam. Menurut data dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia, penyakit pertusis sering terjadi pada anak-anak,  yang dilakukan penelitian pada bulan mei 2010 di beberapa kota di indonesia. (Depkes RI, 2010)
Produk racun lain yang dihasilkan bakteri ini adalah pertusis toxin (PTx). Bahan ini adalah protein yang memperantarai kolonisasi dan tahaptoxoemic dari penyakit. PTx adalah dua komponen yakni eksotoksin A+B dari bakteri. Sub unit A adalah ADP ribosil transferase, sedangkan komponen B terdiri dari lima sub unit polipeptida. Terikat pada karbohidrat spesifik di permukaan sel. PTx ditransformasikan dari sisi tempat tumbuh B. Pertusis menuju ke berbagai macam sel yang dapat menerima dan jaringan dari inang. Setelah itu diikuti dengngan pengikatan komponen B pada sel inang, dan subunit A dimasukkan melalui mekanisme pemasukan secara langsung. Subunit A bekerja secara enzimatis dan mentransfer ADP ribosil meioty dari NAD menuju ke membran, terikat protein Gi yang secara normal menghambat adenilat siklase eukariot. Konversi dari ATP menjadi AMP tidak dapat dihentikan dan level cAMP selular meningkat.
Hal ini menyebabkan penurunan fungsi kerja sel. Dan dalam kasus fagositosis, penurunan aktivitas fagosotik seperti kemotaksis dan oksidatif. Efek sistemik dari racun ini termasuk limpositosis dan alternasi dari aktivitas hormonal yang diatur oleh cAMP, seperti peningkatan produksi insulin, dan peningkatan sensivitas histamin. PTx juga dapat mempengaruhi pada sistim kekebalan tubuh. Sel B dan sel T yang meninggalkan sistem limfatik menunjukkan ketidak mampuan untuk kembali. Alternasi ini yakni respon AMI dan CMI mungkin menjelaskan frekuensi yang tinggi dari infeksi sekunder yang menyebabkan pertusis. Menurut Survey yang dilakukan Depkes medan, dikota meda pertusis sering terjadi pada anak, sebanyak 56 balita yang terserang penyakit pertusis.(Depkes Medan, 2010). Di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan, prevalensi penyakit pertusis pada balita sebanyak 25 balita. (William, 2009)
Sedangkan di Kabupaten Deli Serdang, penelitian yang dilakukan siswanto, didapatkan kasus pertusis sekitar 250 kasus yang didata dari rumah sakit yang ada Kab. Deli Serdang, sebanyak 78 balita yang terserang penyakit pertusis. Yang diakibatkan oleh lambat nya orangtua dari si anak untuk berobat kerumah sakit atau tempet pelayanan kesehatan terdekat. (siswanto, 2009)


Senin, 30 Mei 2011

KONTRASEPSI UNTUK KELUARGA BERENCANA


Diposkan  oleh : Suzan, 23 Juni 2008
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Juga responsif terhadap berbagai tahap kehidupan reproduksi wanita. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak.
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian, meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman, efektif, dengan metode yang dapat diterima, baik secara perseorangan maupun budaya pada berbagai tingkat reproduksi. Tidaklah mengejutkan apabila banyak wanita merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang problematis dan mungkin terpaksa memilih metode yang tidak cocok dengan konsekuensi yang merugikan atau tidak menggunakan metode KB sama sekali.
Perasaan dan kepercayaan wanita mengenai tubuh dan seksualitasnya tidak dapat dikesampingkan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan kontrasepsi. Banyak wanita tidak bersedia mengubah siklus normalnya, karena takut bahwa perdarahan yang lama dapat mengubah pola hubungan seksual dan dapat mendorong suami berhubungan seks dengan wanita lain. Siklus yang memanjang atau perdarahan intermiten dapat membatasi partisipasi dalam aktivitas keagamaan maupun budaya. Oleh karena itu, pendapat suami mengenai KB cukup kuat pengaruhnya untuk menentukan penggunaan metode KB oleh istri. Karena wanita mempunyai semacam kendali apabila mereka bertanggung jawab dalam penggunaan kontrasepsi. Dilain pihak, mereka juga dapat merasa kecewa karena harus menolak permintaan seks pasangannya dan memikul beban berat dari setiap efek samping dan risiko kesehatan. Wanita mungkin takut, karena alasan kesopanan atau rasa malu, untuk berbicara dengan pasangannya, baik tentang KB maupun menolak keinginan pasangannya untuk berhubungan ataupun mempunyai anak. Akhirnya, beberapa wanita memilih menggunakan kontrasepsi tanpa sepengetahuan pasangannya.
Dalam tulisan ini akan diuraikan beberapa cara dan pemakaian alat kontrasepsi, serta kelebihan dan kekurangan masing-masing kontrasepsi. Tulisan ini diharapakan dapat memberi masukan dan menambah pengetahuan bagi wanita untuk memilih alat kontrasepsi yang tepat.
Di Negara ini juga dengan mudah mereka akan memperoleh morning after pil di apotik- apotik terdekat dengan harga yang bervariasi tergantung kualitas dan perusahaan farmasi yang memproduksinya. Sekitar 20 %  After morning pil ini, banyak di konsumsi oleh warga Amerika bila kehamilan tidak di inginkan padahal hubungan seks tanpa perlindungan sudah terlanjur terjadi, misalnya pada pasangan usia subur (PUS), pada saat berhubungan tidak menggunakan alat perlindungan, hal ini di karenakan oleh kesibukan mereka dan kebanyakan dari wanita Amerika menginginkan berat badan yang ideal, sehingga kontrasepsi darurat merupakan pilihan yang tepat bagi wanita Amerika, di karenakan kontrasepsi darurat ini tidak mempunyai efek samping yang menambah berat badan (kegemukan).(Thomson, 2006)

Rabu, 25 Mei 2011


INDUKSI PADA SAAT PERSALINAN

Setiap wanita hamil tentu sangat menantikan saat kelahiran buah hatinya. Tetapi, apa jadinya bila setelah lewat 9 bulan masa kehamilan, tanda akan segera melahirkan belum juga terlihat? Tentu saja, kehamilan harus dihentikan. Salah satu cara yang dapat ditempuh, adalah melalui proses induksi.
Dengan kata lain, induksi dilakukan untuk mengakhiri kehamilan, dan memulai persalinan. Induksi pun dilakukan sebagai upaya mempermudah mengeluarkan bayi dari rahim secara normal. ’’Biasanya, ketika hamil dan akan memasuki proses persalinan, ibu hamil akan mengalami kontraksi secara spontan. Namun, jika kontraksi tidak juga timbul, maka akan dilakukan induksi,’’kata dr Ekarini Aryasatiani, SpOG, spesisialis obstetri dan ginekolog, RS St Carolus, Jakarta.
World Health Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2009 terdapat 500 ribu ibu hamil, didapat sebanyak 200 ribu ibu hamil yang dilakukan induksi pada saat persalinan di seluruh dunia,  sedangkan 300 ribu lain melakukan persalinan dengan sectio caesar  (WHO, 2009). Saat ini sudah terbukti bahwa tindakan induksi persalinan semakin sering dilakukan. American College of Obstetricians and Gynecologists (1999) berdasarkan resiko persalinan yang berlangsung secara cepat, tidak mendukung tindakan ini kecuali untuk indikasi-indikasi tertentu (rumah parturien yang jauh dari rumah sakit atau alasan psikososial).
Luthy dkk (2002): Tindakan induksi persalinan berhubungan dengan kenaikan angka kejadian tindakan sectio caesar. Hoffman dan Sciscione (2003): Induksi persalinan elektif menyebabkan peningkatan kejadian sectio caesar 2 – 3 kali lipat. Menurut data dari World Health Organization, bahwa di Negara berkembang banyak terjadi. Induksi persalinan elektif pada kehamilan aterm sebaiknya tidak dilakukan secara rutin mengingat bahwa tindakan sectio caesar dapat meningkatkan resiko yang berat sekalipun jarang dari pemburukan out come maternal termasuk kematian. Induksi persalinan eletif yang dirasa perlu dilakukan saat aterm ( ≥ 38 minggu) perlu pembahasan secara mendalam antara dokter dengan pasien dan keluarganya.
Hasil survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah kasus pada ibu hamil yang dilakukan induksi pada saat persalinan sebanyak 250 ibu hamil, yang didapat dari hasil penelitian yang dilakukan di sejumlah rumah sakit umum di Indonesia. (Depkes RI, 2009)
Induksi sendiri, lanjutnya, dapat diartikan sebagai upaya untuk memunculkan His. ’’His merupakan jenis kontraksi yang sifatnya teratur. Frekuensinya pun makin lama makin sering, dan rasanya makin kuat,’’ucapnya. Berbeda dengan His, kontraksi bersifat hilang-timbul tidak beraturan.Induksi pesalinan yaitu suatu tindakan yang dilakukan terhadap ibu hamil yang belum inpartu untuk merangsang terjadinya persalinan. Induksi persalinan terjadi antara 10% sampai 20% dari seluruh persalinan dengan berbagai indikasi baik dari ibu maupun dari janinnya (Wing DA, 1999).
Indikasi terminasi kehamilan dengan induksi adalah KPD, kehamilan post term, polyhidramnion, perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta), riwayat persalinan cepat, kanker, PEB, IUFD (Orge Rost, 1995).
Hasil survey yang dilakukan oleh Depkes Sumatera Utara ditemukan sebanyak 250 ibu hamil per bulan dilakukan induksi saat persalinan akan dilakukan. (Depkes SUMUT, 2009)
Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan, yaitu dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada dengan menimbulkan mulas/his. Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal.